Minggu, 08 November 2015

Diagnosa Multiple Myeloma

Tidak ada satu test atau prosedur medis yang bisa secara akurat untuk mendiagnosa apakah seseorang terkena multiple myeloma atau tidak. Sehinga beberapa test harus dilakukan sebelum dokter melakukan diagnosa. Berikut beberapa test yang dilakukan.

 

Tes Darah


Tes darah menunjukkan kadar komponen-komponen darah. Saat seseorang terkena myeloma, maka sel darah spesifik dan protein yang diidentifikasi melalui test yang disebut elektoferesis protein atau protein electrophoresis menunjukkan adanya jumlah berlebih dalam darah. Sebagai contoh, pada pemeriksaan atau tes darah menunjukkan kadar sel plasma yang tinggi, kadar kalsium yang tinggi (hiperkalsemia), adanya protein monoklonal atau disebut protein M, dan kenaikan/atau beta-2-mikroglobulin.

Tes Urin

 

Tes urin dilakukan untuk menge-cek adanya tipe khusus dari protein M yang disebut protein Bence Jones. Biasanya dokter akan mengukur nilai protein Bence Jones pasien dengan urin 24 jam. Jika ditemukan adanya protein tersebut maka pasien akan dimonitor ginjalnya karena protein ini bisa menyumbat di ginjal dan merusaknya.
.

X-rays, MRI, dan PET Scan

 

Sinar X-ray dapat digunakan untuk menge-cek adanya tulang yang menipis atau rusak. Keduanya adalah merupakan gejala adanya myeloma. Tulang rusuk, punggung, panggul, kepala, lengan lutut dan kaki akan dilihat. MRI (Magnetic Resonance imaging) juga dapat digunakan untuk melihat adanya kerusakan tulang serta adanya kelainan sumsum tulang. MRI adalah sebuah alat scan yang berkeja secara komputerisasi yang bisa menunjukkan jumlah sel myeloma yang ada dalam tubuh. Positron Emission Topography atau PET scan, juga merupakan teknik pencitraan lainnya yang bisa menunjukkan aktifitas sel myeloma dan beguna untuk menentukan apakah sekumpulan sel myeloma yang ditemukan merupakan sel jinak atau ganas.

Biopsi

 

Biopsi melibatkan pengambilan jaringan dari tubuh untuk diuji guna kepentingan diagnosa. Dalam rangka diagnosa pasien myeloma, sumsum tulang dari tulang hip atau tulang dada diambil dan diuji pada mikroskop untuk melacak dan menemukan adanya sel myeloma ganas. Biopsi akan memberikan data mengenai jumlah sel ganas, menentukan kadar aktivitasnya pada sumsum tulang, dan melihat seberapa besar kerusakan yang mereka akibatkan pada struktur sumsum tulang. Sebagai alternatif biopsy, dilakukan prosedur yang disebut aspirasi sumsum tulang, dimana jarum kecil digunakan untuk mengambil sumsum tulang sebagai bahan pengujian.

Evaluasi Gejala Myeloma

 

Dengan berbagai faktor yang telah disebutkan sebelumnya, dokter juga akan melihat ke gejala lain myeloma yang ditemukan untuk menegakkan diagnosa. Gejala umum myeloma seperi disebutkan sebelumnya meliputi anemia, nyeri tulang, rusaknya tulang (umumnya spine), letih, lesu, haus yang berlebih, infeksi yang berulang, dan demam, turunnya berat badan, mual, konstipasi dan gangguan fungsi ginjal dan seringnya berkemih. Walaupun gejala-gejala tersebut bisa muncul dalam berbagai bentuk, keberadaan gejala-gejala tersebut dapat membantu dokter mendiagnosa multiple myeloma secara akurat.

Kesimpulan

 

Begitu berbagai test sudah selesai didapat maka dokter akan mncoba menyiapkan diagnosa myeloma. Diagnosa multiple myeloma didasarkan pada adanya tiga faktor. Pertama, biopsi atau aspirasi sumsum tulang menunjukkan adanya sel plasma sekurang-kurangnya 10% dari sumsum tulang. Kedua, munculnya M-protein baik pada test urin maupun darah, dan ketiga, ditemukan adanya tanda-tanda dampak kerusakan pada tubuh, seperti adanya lesi tulang atau kerusakan ginjal dampak dari penyakit myeloma.
Setelah diagnosa myeloma ditegakkan, dokter akan menentukan stadium penyakit. Stadium penyakit myeloma bisa menggunakan sistem stadium Durie-Salmon atau  International Staging System (ISS. Stadium ini berguna untuk mengklasifikasikan pasien berdasarkan derajat beratnya penyakitnya.



Tanda dan Gejala Multiple Myeloma

Multiple myeloma bisa menunjukkan gejala yang bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya. Hal ini dikarenakan multiple myeloma dapat menyerang berbagai organ tubuh sehingga gejala yang ditimbulkan juga beragam.
Tidak ada tanda khusus yang menjadi penanda adanya multiple myeloma, karena berbagai gejala yang ditimbulkannya bisa juga ditemukan pada kondisi penyakit lainnya. Dan bahkan multiple myeloma bisa ditemukan tanpa ada gejala sedikitpun.

Disebut multiple myeloma karena multiple myeloma terjadi ketika sel myeloma ganas berkumpul di berbagai tulang. Tidak seperti plasmasitoma yang hanya terjadi pada satu tulang saja.

Gejala multiple myeloma mulai muncul saat sel myeloma memenuhi sumsum tulang dan membuat sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah “sehat” baru. Hal tersebut membuat sistem kekebalan tubuh atau immunitas menjadi lemah. Menurunnya sistem kekebalan tubuh mengakibatkan tubuh menjadi mudah letih, sering terjadi infeksi yang berulang dan sering muncul pendarahan. Sel myeloma yang memenuhi sumsum tulang juga bisa mengakibatkan tulang menjadi melemah.

Kenaikan M Proteins
Multiple myeloma  sering ditemukan saat pemeriksaan darah atau urin rutin. Dokter menemukan adanya gejala anemia yang asimptomatik atau adanya kenaikan protein yang abnormal. Protein abnormal tersebut yang biasanya adalah merupakan antibodi atau komponen dari antibody sesuai kesepekatan bersama disebut dengan M-protein atau protein M.

Dikarenakan protein M yang dihasilkan oleh sel myeloma tidak berfungsi secara normal, maka sel tersebut akan selalu bertambah banyak dan tidak mengalami kematian sehingga mengakibatkan darah menjadi  kental. Dan kondisi ini mengakibatkan suatu kondisi penyakit yang disebut dengan sindrom hiperviskositas (kekentalan) darah. Sindrom tersebut akan menyebabkan :

  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Kebingungan
  • Kesulitan berjalan
  • Mimisan atau hidung berdarah
  • Perubahan dalam pandangan seperti pendangan kabur atau mata menonjol
  • Retinopati (kerusakan pada retina yang  bukan karena peradangan)
  • Nyeri, kesemutan, mati rasa di tangan, kaki, jari-jari kaki atau bagian lain dari tubuh

Nyeri Tulang
Nyeri tulang yang disebabkan oleh multiple myeloma biasanya terasa pada tulang belakang dan tulang rusuk, dan biasanya mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Nyeri punggung bisa terjadi secara akut maupun kronis dan dapat memnyebabkan lemahnya tulang belakang atau bahkan rusak. Adanya nyeri lokal yang persisten memberikan dugaan adanya fraktur tulang. Keterlibatan tulnag belakang mengarah ke suatu keadaan yang dinamakan spinal cord compression.

Penyakit myeloma pada tulang dikarenakan adanya proliferasi sel tumor dan pelepasan suatu zat kimia yang disebut interleukin-6 (IL-6). Molekul IL-6 ini akan menstimulasi osteoclast, yang biasanya bekerja “memakan” tulang selama proses pertumbuhan atau penyembuhan, untuk merusak tulang. Lesi tulang ini secara alamiah bersifat merusak dan bisa dilihat dengan foto polos x-ray, yang terlihat seperti lesi berbentuk “meninju keluar”. Perusakan tulang ini juga membuat pelepasan kalsium ke darah yang mengakibatkan terjadinya hiperkalsemia dan tentunya gejala yang berhubungan dengan hiperkalsemia

Hiperkalsemia
Hiperkalsemia atau kenaikan kadar kalsium dalam darah terjadi jika kalsium dari tulang yang dirusak larut dalam darah. Gejala umum yang berkaitan dengan hiperkalsemia diantaranya :
§  lemah
§  bingung
§  letih atau melemhanya otot
§  hilangnya nafsu makan
§  mual atau muntah
§  haus yang berlebih
§  sering berkemih
§  konstipasi
§  kebingungan mental atau kesulitan berpikir
§  kejang perut
§  menurunnya berat badan
§  kurang istirahat
§  gejala neurologi

Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan dampak yang biasa terjadi pada kasus hiperkalsemia, tetapi  gaga ginjal juga bisa disebabkan oleh kerusakan ginjal bagian tubulus yang disebabkan karena harus men ‘ekskresi” rantai ringan protein M. gagal ginjal ini bisa mengakibatkan sindrom Fanconi dimana kerusakan tubulus ginjal ini bisa berdam[ak pada gagalnya fungsi ginjal. Gagal ginjal ini bisa akut atau kronis. Dan bisanya juga berdampak pada berkemih.

Anemia
Anemia terjadi saat sel myeloma ganas menggantikan  sel darah merah sehat yang membawa oksigen di sumsum tulang. Pada kasus anemia pada pasien myeloma, konsentrasi hemoglobin umumnya masih ada pada range normal.
Anemia bisa berdampak pada :
·         keletihan
·         pucat
·         Kelelahan
·         Lemah
·         Sesak nafas

Infeksi
Sistem kekabalan tubuh yang lemah dan adanya protein immunoglobulin membuat pasien myeloma sering mendapatkan infeksi yang berulang. Infeksi yang sering adalah pneumonia, pyelonephritis (peradangan pada ginjal), infeksi bladder atau ginjal dan sinusitis. Kuman pathogen yang sering pada pneumonia adalah S. pneumoniae, S. aureus, and K. pneumoniae. Common pathogens causing pyelonephritis include E. coli dan kuman/bakteri gram negative lainnya.
Walaupun infeksi sering muncul saat didiagnosa, resiko terbesar terkena infeksi adalah awal-awal terapi setelah pemberian awal kemoterapi. Beberapa pasien akan memberikan manfaat dengan peberian terapi immunoglobulin pengganti untuk mereduksi terjadinya infeksi.

Kemungkinan Gejala Lainnya
Gejala lain yang berhubungan dengan myeloma meliputi :
·         Pembesaran hati atau limfa
·         Nyeri saraf
·         Hilangnya control dari bladder (karena kompresi spinal cord atau saraf)
·         Peningkatan kadar T cell suppressor
·         Menurunya kadar T cell helper
·         Letih atau kesemutan di lutut
·         Paplegia

·         Sindrom tunnel carpal atau gejala neuropati lainnya

Siapa yang beresiko terkena multiple myeloma?

Data di Amerika menunjukkan bahwa resiko terjadinya multiple myeloma adalah 1 pada 161 orang atau 0.62%. Di Indonesia sendiri belum ada penelitian yang mencoba melihat kejadian besanya faktor resiko tersebut. Namun ada kemungkinan kejadian di Asia dan khususnya di Indonesia lebih rendah dibandingkan di negara maju.

Sampai saat ini para ilmuwan dan dokter belum mengetahui penyebab pasti terjadinya multiple myeloma. Walaupun begitu, para dokter mencoba ingin mengetahui beberapa faktor resiko yang membuat seseorang lebih cenderung terkena multiple myeloma dibandingkan yang lain. Karena hanya faktor resiko maka pada beberapa orang yang mempunyai lebih dari satu faktor resiko bisa jadi tidak terjadi multiple myeloma dan pada beberapa orang yang terkena penyakit ini bisa jadi tidak memiliki satu pun faktor resiko.

Beberapa faktor resiko tersebut adalah :
  • Usia. Resiko terjadinya multiple myeloma meningkat seiring usia. Hanya kurang dari 1% pasien yang terdiagnosa multiple myeloma berusia lebih muda dari 35 tahun, dan rata-rata usia pasien yang terdiagnosa adalah sekitar 65 tahun
  • Jenis kelamin. Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan wanita. Data di AS menunjukkan bahwa pada tahun 2009, pasien terdiagnosa multiple myeloma adalah 11,680 laki-laki dan 8,900 wanita.
  • Ras. Multiple myeloma terjadi dua kali lebih banyak pada ras Afrika-Amerika dibandingkan dengan Kaukasia-Amerika. Alasannya tidak diketahui secara pasti.
  • Kondisi sel plasma lainnya : orang yang mempunyai lesi myeloma, disebut solitary plasmacytoma, atau mempunyai monoclonal gammophaty of undetermined significance (MGUS), mempunyai resiko tinggi terjadi multiple myeloma. Berdasarkan data dari Mayo Clinic, satu persen pasien di Amerika dengan MGUS akan menjadi multiple myeloma setiap tahun.
  • Paparan pekerjaan : beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan pada bahan kimia tertentu pada pekerjaan dapat meningkatkan resiko multiple myeloma. Beberapa pekerjaan tersebut diantaranya pekerja pada industry petroleum dan agrikultur.
  • Paparan radiasi : paparan pada radiasi meningkatkan resiko terjadinya multiple myeloma. Namun, hanya sedikit kasus yang berhubungan dengan radiasi.
  • Riwayat keluarga : orang dengan saudara atau orang tua dengan multiple myeloma lebih beresiko terkena penyakit ini. Berdasarkan American cancer Society, resiko terjadinya multiple myeloma empat kali lebih besar dibandingkan yang tidak. Namun dmikian, banyak pasien dengan multiple myeloma tidak mempunyai keluarga yang juga terkena myeloma.
  • Berat :  orang yang mempunyai berat berlebih atau kegemukan lebih beresiko terkena multiple myeloma.