Sabtu, 14 Mei 2016

Transplat Untuk Myeloma : Apakah Masih ada Perannya dalam Terapi Myeloma?

Pada tatalaksana terapi multiple myeloma, tranplantasi autologous yang dilakukan dengan pemberian kemoterapi dosis tinggi sebelumnya masih menjadi terapi standar untuk pasien-pasien myeloma usia muda. Dan dengan kemajuan obat-obatan baru selama 15 tahun ini, mulai muncul pertanyaan apakah tranplantasi autologous masih harus dilakukan untuk pasien-pasien myeloma usia muda tersebut mengingat toksisitas yang ditimbulkan oleh trasplanasi.

Pada beberapa guideline terbaru sekarang untuk terapi multiple myeloma, baik NCCN Guideline, rekomendasi ESMO, European Myeloma Network (EMN), mSMART yang dikeluarkan oleh Mayo Clinic, IMWG (International Myeloma Working Group), bahkan rekomendasi dari Asia semuanya masih mencantumkan transplantasi aoutologous sebagai terapi standar untuk pasien-pasien myeloma usia muda. Dan tentunya ini adalah "pekerjaan rumah" bagi para ahli kanker Indonesia, karena sebagai terapi standar tentunya para ahli kanker Indonesia diwajibkan untuk mampu melakukan terapi tersebut terhadap pasiennya.
Tapi kita kesampingkan dahulu kondisi di Indonesia, kondisi di negara maju terapi transplantasi untuk myeloma ini malah coba untuk ditinggalkan. Hal tersebut mengacu pada beberapa terapi kanker darah lainnya seperti CML yang dengan kemajuan obat-obatan terapi target sudah mampu meninggalkan terapi transplan karena terbukti hasil yang diberikan lebih baik dibandingkan transplantasi.

Keinginan tersebut setidaknya tercermin pada dua buah penelitian yang dilakukan di dua negara terpisah yaitu di Prancis dan di Amerika Serikat. Dan hasil kedua penelitian tersebut sudah dipublikasikan di event ASCO 2016.

Penelitian tersebut adalah kerjasama antara kelompok penelitian myeloma dari Prancis IFM (Intergroup Francophone du Myeloma) dan Institut Dana-Farber Amerika Serikat.
Pada penelitian di Prancis, peneliti membandingkan antara pemberian regimen triplet, VRD, Brtezomib (Velcade), Lenalidomide (Revloimide) dan Dexamethason dengan pemberian regimen triplet yang diteruskan dengan tranplantasi dengan pengkondisian menggunakan melphalan pada 700 pasien dari Prancis dan Belgia yang sebelumnya belum pernah mendapatkan terapi. Pasien pada kedua kelompok penelitian tersebut juga dilanjutkan dengan pemberian terapi maintenance dengan lenalidomide selama 1 tahun.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang dilakukan transplantasi memberikan respon terapi yang lebih baik dibandingkan dengan yang hanya dengan regimen triplet VRD saja yaitu 58% vs 46%. Dan dalam hal lamanya pasien mengalami kekambuhan atau pada progession free survival, pasien yang mendapatkan transplantasi lebih lama 8.8 bulan. Namun pada survival pasien secara keseluruhan selama 3 tahun kedua kelompok penelitian memberikan hasil yang sama yaitu sebesar 88% pasien masih hidup.
Lebih lanjut dilaporkan, pada kelompok penelitian yang diberikan transplantasi ada dilaporkan 5 kematian karena efek samping dan terjadinya kanker sekunder lebih banyak pada pasien yang dilakukan transplantasi daripada yang tidak yaitu 23 pasien vs 18 pasien, termasuk diantaranya yang terjadi kanker sekunder berupa acute myeloid leukemia (AML).

Penelitian pararel dengan desain penelitian yang sama tetapi dengan pemberian terapi maintenance sampai terjadi progessi penyakit dilakukan di Amerika Serikat dan dipimpin oleh ahli myeloma dokter Paul G. Richardson dari Dana-Farber Institute dan Professor R.J. Corman dari Harvard Medical School. Sekarang pasien yang direkrut untuk penelitian baru 560 pasien dan mendekati target penelitian sebanyak 600 pasien.

Hasil sementara pada penelitian pararel tersebut adalah tidak adanya perbedaan yang berarti antara kedua kelompok penelitian dan tentunya dengan efek samping yang dihasilkan lebih rendah pada kelompok yang tidak diberikan transplant. Dan hasil lengkapnya akan dipublikasikan begitu target jumlah pasien bisa tercapai.

Kita berharap, ke depan penelitian obat-obatan  pada pasien myeloma akan membuat multiple myeloma menjadi penyakit kronis yang bisa dikontrol seperti halnya penyakit diabetes atau hipertensi, dan bukan penyakit yang mematikan lagi. Lebih jauh lagi kita juga berharap adanya kesembuhan pada terapi pasien-pasien yang mengidap multiple myeloma tersebut.

Amien ya robbal alamin ...............


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar