Senin, 28 Desember 2015

Carfilzomib lebih unggul dibandingkan Bortezomib Apapun Kategori Resiko nya Secara Sitogenetik


Analisa kelompok kecil dari penelitian ENDEAVOR membandingkan antara carfilzomib + dexamethasone (Kd) dengan Bortezomib + dexamethason (Vd) pada pasien MM yang relaps diduga bahwa Kd lebih unggul dibandingkan Vd pada pasien baik dengan resiko tinggi ataupun dengan resiko standar secara sitogenetik. Hasi awal penelitian ini menunjukkan hasil PFS dari carfilzomib sebesar 18.7 bulan lebih unggul dibandingkan dengan bortezomib yang hanya 9.4 bulan (HR = 0.53; P<.0001), dan median OS yang tidak tercapai pada carfilzomib pada penelitian sementara ini dibandingkan pada bortezomib yang mencapai OS 24.3 bulan. (HR = 0.79; P = .066). 

hasil ini sudah dipublikasikan secara online pada jurnal ilmiah Lancet Oncology pada 5 Desember. Pada kelompok resiko tinggi, median PFS pada kelompok carfilzomib sebesar 8.8 bulan versus 6 bulan pada kelompok bortezomib (HR = 0.646). Pada pasien dengan resiko standar secara sitogenetik, median PFS pada carfilzomib tidak tecapai versus 10.2 bulan pada kelompok bortezomib (HR = 0.439). 

Peneliti menyimpulkan bahwa sesuai dugaan sebelumnya, media PFS pasien dengan resiko tinggi secara sitogenetik lebih rendah dibandingkan dengan median PFS pada populasi pasien secara keseluruhan. Namun demikian, pasien yang diterapi dengan regimen Kd memberikan peningkatan klinis bermakna dalam hal PFS, tingkat respon yang lebih tinggi, pencapaian respon yang lebih dalam dan durasi respon yang lebih laa dibandingkan dengan Vd pada pasien MM baik dengan resiko tinggi maupun resko rendah secara sitogenetik.
Blood. 2015;126: Abstract 30

Terapi Triplet Oral Ixazomib/Lenalidomide/Dexamethasone sebagai Terapi Standar Baru untuk Multiple Myeloma Refraktor/Relaps

Hasil sementara dari penelitian fase III yang dilakukan secara acak yaitu penelitian Tourmaline-MM1 menunjukkan bahwa kombinasi ixazomib, obat golongan proteosome inhibitor oral pertama, dengan lenalidomide dan dexamethason (regimen IRd) secara signifikan memberikan peningkatan dalam hal PFS dibandingkan dengan Rd pada pasien MM yang refraktor/relaps. 


Keunggulan yang dicapai ini tanpa secara nyata meningkatkan toksisitas secara keseluruhan, termasuk diantaranya kejadian neuropati. Penelitian ini melibatkan 722 pasien yang sebelumnya telah menerima terapi setidaknya satu kali dimana 69% pada kelompok IRd dan 79% pada kelompok Rd diantaranya mendapatkan obat proteosome inhibitor. 


Median PFS dicapai sebesar 20.6 bulan pada kelompok IRd dan 14.7 bulan pada kelompok Rd (HR = 0.74; P = 0.12). tingkat respon secara keseluruhan, CR dan very good partial response (VGPR), sudah dikonfirmasi yang juga menunjukkan keunggulan dari kelompok ixazomib. sejauh ini, folllow up penelitian rata-rata baru 23 bulan dan data OS yang dicapai belum dicapai pada kedua kelompok.

Berdasarkan penelitian ini, FDA menyetujui ixazomib pada bulan November lalu dan dengan disetujuinya regimen IRd maka dokter hematologi mempunyai tiga plihan terapi triplet yang bisa dipilih. 


Blood. 2015;126: Abstract 727.

Terapi dengan Regimen Bortezomib/Lenalidomide/Dexamethason dikonfirmasi Pada Penelitian SWOG S07777

Hasil dari penelitian fase III yang dilakukan secara random yang dinamai penelitian SWOG  S0777 mengkonfirmasi keunggulan terapi tiga (3) obat Bortezomib plus lenalidomide dan dexamethasone (VRd) dibandingkan dengan hanya Rd saja pada pasien MM yang mendapatkan terapi lini pertama. Dan kali ini, penelitian tersebut memberikan cukup data dengan N = 473 untuk meyakinkan pandangan skeptis bahwa terapi triplet (dengan 3 obat) lebih unggul dibandingkan dengan terapi doublet (2 obat).
Dan ini adalah penelitian yang dilakukan secara random pertama yang membandingkan antara kedua regimen tersebut. median PFS didapat sebesar 43 bulan pada VRd dibanding 30 bulan pada kelompok Rd (HR = 0.712; P = .0018). Median OS tidak tercapai pada kelompok VRd dibanding 63 bulan pada kelompok Rd (HR = 0.709; P = .0125). Hasil peneltian ini, yang dipresentasikan oleh oleh Bruce Durie, MD dari International Myeloma Foundation dan Cedars-Sinai Comprehensive Cancer Center, Los Angeles, California, Amerika Serikat meyakinkan sekali lagi bahwa VRd merupakan terapi standar baru untuk mayoritas pasien yang baru terdiagnosa MM.


Minggu, 20 Desember 2015

Obat Baru Multiple Myeloma, Daratumumab, Mendapat Perstujuan oleh FDA

Badan registrasi obat Amerika Serikat, The United States Food and Drug Administration (FDA), telah menyetujui obat Daratumumab untuk terapi multiple myeloma.
obat tersebut akan dipasarkan dengan nama Darzalex. Darzalex disetujui oleh FDA untuk digunakan pada pasien yang sebelumnya diterapi dengan obat kelas imunomodulator seperti Thalidomide, Revlimide dan pomalidomide, serta yang sudah mendapatkan obat golongan proteasome inhibitor sebelumnya meliputi Velcade (Bortezomib) dan Kyprolis (carfilzomib).
Lebih khusus lagi, Darzalex disetujui oleh FDA untuk pasien yang sudah menerima setidaknya 3 lini terapi yang termasuk diantaranya obat immunomodulator dan proteasome inhibitor.

Darzalex merupakan obat kedua multiple myeloma yang disetujui oleh FDA pada tahun ini setelah sebelumnya badan tersebut menyetujui Farydak (panobinostat) pada bulan Februari.

Darzalex merupakan obat golongan antibodi monoklonal. Beberapa golongan antibodi monoklonal sudah disetujui untuk digunakan pada beberapa terapi kanker, tetapi Darzalex merupakan obat antibodi monoklonal pertama yang disetujui untuk terapi multiple myeloma.

Darzalex mengikat protein yang disebut dengan CD38, yang sering ditemukan pada permukaan sel myeloma. Sekali terikat dengan pada sel myeloma, Darzalex akan menyerang sel dimana juga akan memebrikan sinyal pada  sistem immune pasien untuk menyerang sel myeloma juga.
Dua obat golongan antibodi monoklonal yang mentarget CD38 sedang dikembangkan untuk terapi myeloma yaitu SAR650984 dan MOR202. Obat lain yang merupakan golongan antibodi monoklonal adalah Elotuzumab, tetapi obat tersebut mentarget protein yang lain dan bukan CD38 .

Darzalex disetujui berdasarkan penelitian Sirius MMY202.
Pada studi tersebut Darzalex diberikan kepada pasien MM yang sudah menerima tiga (3) lini terapi sebelumnya yang meliputi obat golongan imunomodilator dan obat golongan proteasome inhibitor.
hasil dari studi tersebut adalah hampir sepertiga pasien yang diteliti - dengan rata-rata mendapatkan lima lini terapi sebelumnya - memberikan respon terhadap pemberian obat tunggal Darzalex. Median time to disease progession dicapai selama 3.7 bulan, dan diestimasikan secara kesuluruhan 65% pasien masih hidup dalam 1 tahun.

Efek samping yang paling sering adalah reaksi yang berhubungan dengan pemberian infus, fatigue, mual, backpain, dan batuk. Darzalex juga membuat hitung sel darah menurun.

Darzalex merupakan terapi infus dan akan tersedia dalam bentuk vial dengan dua kemasan yaitu 100 mg dan 400 mg.
dosis yang direkomendasikan adalah 16 mg/kg. Dan infus diberikan sekali seminggu selama terapi 8 minggu dan dua minggu sekali pada minggu 8 sampai 24 berikutnya.

Sumber : Pernyataan Press dari FDA

Data Terbaru Terapi Myeloma dari Pertemuan ASH 2015 (American Society of Hematology)

Organisasi dokter-dokter ahli darah (Hematologist) Amerika Serikat atau sering disebut ASH (American Society of Hematology) rutin menggelar pertemuan tiap setahun sekali.
Walaupun dilabeli Amerika tetapi karena reputasinya anggota dari ASH ini meliputi semua negara di dunia bahkan banyak dokter Hematologist Indonesia menjadi member dari ASH dan rutin menghadiri acara pertemuan yang diadakan setahun sekali ini. Tentunya hal tersebut dilakukan supaya dokter Hematologist di Indonesia tidak tertinggal dalam update data kelainan atau gangguan darah pada manusia yang salah satu diantaranya adalah Multiple Myeloma.

Berikut review data-data terbaru mengenai multiple myeloma yang didapat dari meeting ASH terbaru yang diadakan di Orlando, Amerika Serikat pada tanggal 3 - 6 Desember 2015. Data berikut disajikan oleh ahli myeloma Amerika Serikat yaitu Shaji Kumar, MD, dan Sagar Lonial, MD pada situs Clinicare Care Option Oncology dalam bentuk slide.

Pentingnya Pencapaian negatif MRD dalam memperpanjang angka PFS (Progession Free Survival)

Silahkan download disini


Penelitian MMY1001 fase 1b : Daratumumab plus Pom/Dex pada pasien MM relapse/refractor
    Pada analisa awal, kombinasi antara Daratumumab dengan pomalidomide/dexamethason ini menunjukkan respon yang menjanjikan pada pasien MM yang sudah beberapa kali menerima terapi sebelumnya
Silahkan download disini

Penelitian fase II : Pembrolizuman + pomalidomide/Dexamethasone pada pasien MM yang relaps/refractorr
    Hasil awal menunjukkan effikasi yang menjanjikan dan profil efek samping yang bisa diterima oleh pasien MM yang sudah menerima beberapa terapi sebelumnya

Penelitian TOURMALINE-MM1 : Peningkatan PFS dengan terapi Ixazomib + Len/Dex pada pasien MM R/R
    Obat yang baru saja disetujui oleh FDA, ixazomib, dikombinasikan dengan lenalidomide/dexamethason menunjukkan perpanjangan pada PFS dan peningkatan tingkat respon pada pasien MM yang sudah pernah menerima beberapa terapi sebelumnya

Peluang Hidup Meningkat pada Penderita Kanker di Eropa

Dari data terbaru di Eropa, EUROCARE-5, menyatakan bahwa ada peningkatan peluang hidup secara keseluruhan pada penderita kanker yang diteliti selama tahun 1998 - 2007.

Pada penelitian tersebut juga disebutkan bahwa adanya peningkatan peluang hidup tersebut dikarenakan adanya kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) dan angaran pemerintah terhadap kesehatan kecuali Inggris dan Denmark. pada kedua negara tersebut, anggaran pemerintah terhadap kesehatan meningkat tetapi tidak berdampak pada peluang hidup pasien kanker. Fenomena tersebut juga terjadi di negara Amerika Serikat.

Buat Indonesia saya rasa ini menjadi pelajaran karena kelemahan kita adalah tidak punya data yang jelas mengenai data pasien kanker apalagi data peluang hidupnya. Selain itu, anggaran biaya kesehatan juga menjadi sorotan mengingat kenaikan anggaran kesehatan berdampak pada peningkatan peluang hidup masyarakat.

Referensi :

1. Sant M, Francisci S, Minicozzi P, et al: Is Europe doing better in cancer care since the 90s? The latest findings from the EUROCARE-5 study. 2015 European Cancer Congress. Abstract 1LBA. Presented September 26, 2015.